Senin, 21 April 2014

AJARAN-AJARAN DHANGHYANG NIRARTA.

Dhanghyang Nirarta merupakan orang ke tiga sebagai peletak dasar 
Dharma Hindu Bali,selain dua orang pendahulunya yaitu yang pertama adalah Rsi Markandya,dan yang kedua adalah Empu Kuturan.
Sebelum membahas ajaran-ajaran Dhanghyang Nirarta ( Bhatara sakti
wawu rawuh ) terlebih dahulu kita ketahui:

RIWAYAT DHANGHYANG NIRARTA.

Dhanghyang Nirarta berasal dari Majapahit,mula-mula diam di Daha(
Kediri ),di sana Beliau menikah dengan Dyah Komala/Ida Istri Mas Daha, anak dari Dhanghyang Swamba dengan Dewi Sunia,yang mempunyai seorang putri yaitu Dyah Komala.Mereka adalah Siwa Kula
yaitu pemeluk Agama Siwa.Dhanghyang Swamba telah meninggal,jadi tinggal janda almarhum dengan anaknya Dyah Komala.Danghyang Nirarta beralih dari Jina Kula ke Siwa Kula sebagai syarat dari
janda mendiang Dhanghyang Swamba,untuk memenuhi keinginan Dhanghyang Nirarta menikahi Dyah Komala.
Dan juga atas seijin kakaknya Dhanghyang Angsoka,juga saran dari 
Dhanghyang Panawasikan Dhanghyang Nirarta beralih dari Jina Kula 
ke Siwa Kula, untuk melanjutkan keturunan Bregu wangsa.
Mereka melahirkan seorang putri bernama Ida Swabhawa, dan sorang putra bernama Ida Wiraga Sandhi atau Ida Kulwan.
Saat itu Daha dimasuki oleh Agama Islam,Dhanghyang Nirata juga 
ikut mempelajari Agama Islam,saking mahirnya,maka Beliau dijuluki Imam Mahdi.Beliu juga dinamakan si Jenar, karena bau keringatnya
harum. Jenar adalah bunga segar yang harum semerbak.Dengan demikian Danghyang Nirarata faham betul dengan tiga Agama yaitu:
Agama Buddha Mahayana,Agama Siwa.dan Agama Islam.
Karena Dhanghyang Nirarata tidak mau masuk agama islam maka disebut orang kafir yang harus dilenyapkan,sehingga Beliau serta
anak-anaknya,tanpa istri(tidak mau ikut) pindah ke Pasuruhan.
Di Pasuruhan oleh pamannya yakni  Dhanghyang  Panawasikan,
Dhanghyang Nirarata dijodohkan dengan anaknya yang bernama Dyah
Sanggawati, dan mempunyai putra dua orang yaitu :
Ida Wayahan Lor dan Ida Wiyatan.
Dhanghyang Nirarta beserta keempat putranya pindah ke BLAMBANGAN
karena Beliau di kejar ke Pasuruan sama halnya dengan di Daha.
Di Blambangan Dhanghyang Nirarta dan keempat putranya diterima oleh penguasa kerajaan Blambangan yakni Sri Aji Dalem Juru.
Dhanghyang Nirarta dijodohkan dengan adiknya Sri Aji Dalem Juru
yang bernama Ida Istri Patni Kaniten,kemudian mempunyai tiga orang putri yaitu : 
                    Ida Istri Rai( Ida Swabhawa),
                    Ida Wetan ( Ida telaga )
                    Ida Kaniten.

Karena keringat Dhanghyang Nirarta berbau harum,banyak para permaisuri Sri Aji Dalem Juru tertarik kepadanya.Inilah yang menyebabkan Dhanghyang nirarta didakwa menyebar guna-guna dan
harus di " rejek " (basmi).Sehingga Dhanghyang Nirarta beserta
istri dan ketujuh orang anaknya menyebrangi selat bali,
Dhanghyang Nirarta menyebrang memakai Labu yang besar (waluh kili)sedangkan istri dan anak-anaknya memakai sebuah sampan yang
bocor, dan mendarat di Perancak.Dalam perjanan menuju ke timur
melalui hutan yang sangat lebat Beliau bertemu dengan seekor naga
yang membuka mulutnya,dan Beliau masuk ke dalam mulut naga itu.
Disana beiau dapati sebuah tunjung yang sudah kembang,lalu dipitiknya,begitu beliau keluar maka kulit beliau berubah menjadi
hitam, istri dan anaknya tidak dapat mengenal beiau lagi,lalu lari sekuat-kuatnya.
Akhirnya beliau beruntung dapati istri dan anak-anaknya,kecuali
anaknya yang tertua jadi " Dewa Melanting " ditempat iu juga terjadi hal yang aneh,banyak cacing berganti rupa dan mereka menerangkan bahwa mereka dapat berganti rupa tak lain sebabnya ialah karena ilmu gaibnya Dhanghyang Nirarta.Setelah selesai menyembah mereka menghilang. Mereka itulah yang diam dipulaki dan disembah orang-orang di Melanting.
Ajaran atau nasehat nasehat Dhanghyang Nirarta untuk meningkatkan keimanan umat Dharma Hindu Bali,termuat dalam GAGURITAN TUTUR SEBUN BANG KUNG, Yang ditulis/disurat dalam perjalanan beliau dari Daha menuju Pasuruhan dan Blambangan.

GEGURITAN  : ADALAH SESURATAN (TULISAN) BERBENTUK PUPUH (PUISI)
             YANG ISINYA ADALAH UNTUK MENGGEMBIRAKAN HATI YANG                        MELAGUKAN SERTA YANG MENDENGARKAN.
TUTUR      : NASEHAT-NASEHAT UNTUK MENINGKATKAN KEIMANAN UMAT
             DHARMA HINDU BALI.
SEBUN      : ARTI SEBENARNYA ADALAH SARANG BINATANG UNTUK BER -
             TEDUH,MENGASUH ANAK-ANAKNYA.
             TERKAIT DENGAN KATA GEGURITAN DAN TUTUR MAKA YANG
             DIMAKSUD DENGAN SEBUN ADALAH KUMPULAN TULISAN-                            TULISAN BERISI NASEHAT-NASEHAT UNTUK MENINGKATKAN                        KEIMANAN UMAT DHARMA HINDU BALI. 
BANG       : ARTINYA MERAH ADALAH WARNA DARI HYANG BRAHMA,DENGAN
             SAKTINYA ADALAH DEWI SARASWATI,DEWINYA DHARMA AJI 
             DAN SASTRA-SATRA AGAMA.
KUNG       : ARTINYA TRESNA ASIH ATAU CINTA KASIH,YANG DIDALAM 
             HINDU TERKENAL DENGAN " TATWAM ASI " 

Dalam geguritan pupuh Sinom dasar-dasar Dharma Hindu Bali yang diletakan
oleh Dhanghyang Nirarta adalah :
- Hyang Nur yang menciptakan :
  - Bumi langit dengan segala isinya yang disebut Bhuwana Agung.
  - Manusia yang disebut Bhuwana Alit.  
  - Hyang Nur adalah hyang Brahma.
  - Hyang Brahma dan Hyang Suksma adalah sebutan lain dari Sanghyang 
    widhi.
Dalam geguritan pupuh demung no 37 Dhanghyang Nirarta mengajarkan kepada umat Dharma hindu Bali,agar mempelajari,menekuni,melaksanakan serta mengamalkan Panca Sraddha Dharma Hindu Bali.
Panca Sraddha ini adalah keimanan yang utama dan pertama bagi umat Dharma Hindhu Bali.
Panca Sraddha adalah " igama " nya Dharma Hindu Bali.
Saat ngastiti kehadapan shanghyang widhi,haruslah disertai dengan Panca Yadnya yakni :
1. Dewa Yadnya
2. Rsi Yandya
3. Manusa Yadnya
4. Pitra Yadnya
5. Bhuta Yadnya.
Yadnya yang digelar disertai dengan sarananya berupa bebanten atau bebali.
Ngastiti bhakti kehadapan Shanghyang Widhi dengan menggelar Panca Yandya inilah dinamakan " agama " Dharma Hindu Bali.
" Rahayu " itulah tujuan utama umat Dharma Hindu Bali saat ngastiti bhakti kehadapan Shanghyang Widhi, inilah yang dinamakan " ugama " di dalam Dharma Hindu Bali.
  

Jumat, 18 April 2014

AJARAN-AJARAN  MPU KUTURAN YANG MENJADI DASAR DHARMA HINDU BALI.
Om Swastyastu .
Mpu Kuturan adalah seorang maha guru agama dan menganut paham Tri
Murti ( Brahma, Wisnu, dan Iswara atau Siwa ).Pada sekitar tahun 1005 masehi, datang langsung dari jawa menuju pulau Bali dan berlabuh di Teluk Padang,di daerah Karangasem,yang sekarang bernama Padangbai.Ditempat ini Mpu Kuturan mendirikan pasraman dan kini menjadi Pura yang bernama Pura Silayukti.
Mpu Kuturan menjadi Rsi Senopati Raja Bali jaman Sri Dharma Udayana Warma Dewa.
Sebagai seorang mahaguru agama dan Rsi Senopati,Mpu Kuturan mengajarkan :
- Silakarma dan pengetahuan makro kosmos dan mikro kosmos (buana
  Agung dan Buana Alit/dunia besar dan dunia kecil) , termasuk
  Ketuhanan,jiwatma manusia dan karma phala.
- Menggunakan Bahasa Bali untuk mantra-mantra di dalam melakukan
  upacara keagamaan,sebagai pengganti bahasa Sansekerta.
- Mengajarkan membangun perhyangan-perhyangan dan pelinggih-peli-
  gih ( banguinan suci ).
- Pada setiap desa yang telah tertib ( Rsi Markandya )dibangun
  pura Kahyangan Tiga yakni :
  - Pura Desa sebagai stana Hyang Brahma.
  - Pura Puseh sebagai stana Hyang Wisnu dan
  - Pura Dalem sebagai stana Hyang Iswara / Siwa.
- Yang bertanggungjawab sepenuhnya terhadap Kahyangan Tiga adalah
  DESA ADAT PAKRAMAN,yang anggotanya adalah keseluruhan warga 
  desadesa adat setempat.
- Oleh Mpu Kuturan diangkat warga Pasek sebagai pelaksana pemeri-
  tahan berdasarkan keagmaan, dan pemimpinnya disebut Bendesa.
- Mpu Kuturan mengharmoniskan dan menyatukan ke sembilan sekta 
  yang ada di Bali,yang kemudian semuanya terakomudasi didalam
  Dharma Hindu Bali,seperti :
  - Sekta Siwa Sidhanta,sekta Boddha atau Sogata dan sekta 
    Wesnawa,bersatu di dalam TRI SADHAKA, yakni :
    - Padanda
    - Padanda Boddha, dan 
          -   Rsi Bujagga Wesnawa.
                Yang masing-masing memiliki kewenangan sendiri-sendiri
seperti yang tercantum didalam lontar Ekapratama sebagai berikut:
" Sang Hyang Brahma Aji,maputra tetiga,panua Sang Siwa,pamadya Sang Boddha,pamitut Sang Bujagga.
Sang Siwa kapica Angninglayang amratista akasa.
Sang Boddha kapica Angnisara amratista pawana.
Sang Bujangga kapica Angni Sinararasa amratista sarwa prani.
Iti ngaran Sang Tri Buana katon ".
Artinya :
Sang Hyang Brahma berputra tiga,tertua Sang Siwa,kedua Sang Boddha,terkecil Sang Bujangga.
Sang Siwa dianugrahi Agninglayang,mensucikan akasa,Sang Boddha
dianugrahi Agnisara,mensucikan atmosftr,Sang Bujangga dianugrahi
Agni Sinararasa mensucikan sarwa prani.Ini dinamakan Sang Tri 
Bhuwana katon. Disamping itu,pedanda Siwa memiliki lagi kewenangan yakni " sida de nira pengilangan letuhing atmaning wwang " Kewenangan ini adalah warisan dari Ida Sang atapa Ender
(Ida Pedanda Sakti Telaga ) yang telah menerima tiga macam penugrahan dari bhatari Durga Dewi ( Sastra Yama Tatwa ).
- Dengan adanya Sang Tri Bhuawa Katon,maka sekta Pasupata dan       sekta   Brahmana terlebur di dalam Dharma Hindu Bali.
- Sekta Batrawa lenyap dari Dharma Hindu Bali,karena ajarannya 
  bertentangan dengan UGAMA DHARMA HINDU BALI.
- Keyakinan sekta Sora,yang memuja surya,juga terakomodasi di
  dalam Dharma Hindu Bali.
  Pada setiap upacara yadnya selalu mendirikan sanggar Agung 
  atau sanggar surya.Juga dalam kramaning sembah,sembah yang
  kedua ditujukan kepada Siwaraditya yang merupakan saksi per-
  tama dan utama di jagat Raya ini. 
- Sekta Rsi,Umat Dharma Hindu Bali mengenal Catur Asrama yaitu:
  - Brahmacari
  - Grahasta,
  - Bhiksuka, dan
  - Wanaprasta.
    Setiap Umat Dharma Hindu Bali berhak dan berkewajiban untuk 
    melaksanakn bhisuka dengan jalan melaksanakan dwijati,dan ber
    gelar Padanda,Rsi,Bhagawan,Dukuh atau Mpu.
Inilah keyakinan sekta Rsi yang terakomodasi di dalam Dharma Hindu Bali.
- Sekta Ganapatya terlebur di dala Dharma Hindu Bali dengan bukti
  Masih dilaksanakannya caru Rsi Gana.
  Masih memasang kober pada sangah cucuk di lebuh takala sebelum
  pengereupukan pada sore hari.
- Setiap suatu pekarangan rumah harus ada sanggah kemulan,taksu,
  dan tugu atau pengerurah yang umumnya disebut "sanggah atau 
  pemerajan ".
- Dalam melaksanakan upacara Mpu Kuturan hanya mempergunakan "
  Asep menyan majagau " yakni :
  - Tirta ( apah = ireng = wisnu )
  - dupa atau dipa ( agni =teja = abang = Brahma), dan 
  - puspa segar yang harum ( akasa = panca warna = siwa =Iswara).
Asep menyan majagau inilah merupakan bebali.

Demikian ajaran-ajaran Mpu Kuturan yang menjadi dasar Dharma Hindu Bali, yang sampai sekarang masih dilaksanakan.
Om Santih, santih,santih Om.

Rabu, 16 April 2014

AJARAN RSI MARKANDYA YANG MENJADI DASAR DHARMA HINDU BALI.

Oswastyastu.
Rsi Markandya adalah keturunan Brahmana Bregu yang berasal dari jagat Bharatawarsa atau India.
Di Bukit Damalung yang terletak di Daerah Gunung Raung,Rsi Markandya,selalu melaksanakan tapa,brata,yoga dan samadhi,dengan tujuan agar jagat raya ini sejahtra,aman,damai,tidak kekurangan pangan kinum dan tidak adanya kesengsaraan.
Dari  pelaksanaan tapa,berata,yoga dan semadhi yang dilaksanakan dengan tekun serta bhatin yang suci bersih, Rsi Markandya mendapat wahyu, bahwa untuk mewujudkan keinginannya itu ia harus bepergian ke arah timur.
Dalam perjalanan menuju arah timur yang diikuti oleh rombongan yang berjumlah 8.00 orang  melewati sungai,hutan belantara yang lebat, gunung lebah, tibalah mereka di kaki Gunung Agung.
Di tempat ini Rsi Markandya menyuruh pengiukutnya untuk membuat pondok serta memulai merambah hutan., dan usaha perambaan ini gagal, karena tempat itu sangat angker, dihuni oleh banyak " wong samar "yang menguiasai daerah itu dan selam 7 bulan hujan tidak henti-hentinya,sehingga tempat itu menjadi gelap disertai sering terjadi halilintar.
Banyak pengikut Rsi Markandya yang meninggal karena sakit dan dimakan binatang buas atau ular yang berbisa, sehingga pengikutnya yang berjumlah 800 orang hanya tinggal 200 orang.Hal ini menyebabkan Rsi Markandya menjadi sedih dan merasa berdosa,karena pada waktu merambah hutan tidak memohon ijin kepada Betara Putra Jaya yang berstana di Giri Tohlangkir serta kepada para wong samar penghuni hutan belantara tersebut.Oleh sebabitu Beliau bermaksud untuk mohon ampun kehadapan Ida Bhatara di Gunung Agung sera kepada para " wong samar" dan bermaksud untuk mengulangi lagi usahanya.

Setelah gagal Rsi Markandya kembali ke pertapaannya di Bukit Damalung ( sekarang Pura Batu Gantung,diatasnya ada gua yang dinamakan gua macan)  di daerah Gunung Rawung, di gua macan inilah Rsi Markandya  melanjutkan kembali tapa,berata,yoga dan samadhinya, dan sambil mengumpulkan pengikutnya untuk melaksanakan perjalanan
yang kedua. Ada sebanyak 400 orang yang siap untuk mengikuti perjalan Rsi Markandya yang ke dua ini.
Diantara pengikutnya itu ada wong Aga ( orang dari gunung)
Mereka masing-masing telah menjadi penganut sekta-sekta
agama Weda seperti sekta Shambu,Brahma,Indra,Kala,Bayu
dan Wisnu.Walaupun berbeda sekta,tetapi isi tattwanya sama,hanya berbeda saat pelaksanaan tata upacaranya saja. Mereka semua tetap memuja Sanghyang Tunggal.
Setah siap, perjalanan yang kedua kainya segera dilaksanakan. Setibanya rombongan di hutan belantara yang lebat,di kaki Gunung Agung,oleh Rsi Markandya dipilih dewasa ayu yakni hari,wuku,tanggal/panglong,sasih dan dauh yang baik untuk memulai tapa,berata,yoga dan samadhinya,dengan diikuti pelaksanaan upacara yakni :

Dewa Yadnya, "ngastiti bhakti " kehadapan Ida Bhatara Siwaraditya,Ida Bhatara Giri Jagatnatha,Ida Sanghyang Tunggal dan Ida Bhatara Putra Jaya yang berstana di puncak Gunung Agung,mohon ijin dan waranugrahaNya.

Pitra Yadnya,dengan niwakin atau memercikan "Tirta Pengentas " agar para atma orang yang telah meninggal dapat ke swah loka serta tidak mengganggu npelaksanaan 
perambahaan hutan.

Bhuta yadnya,dengan memberikan caru kepada para wong samar serta para bhuta kala,dengan harapan agar mereka senang memakan dan meminumnya,tidak mengganggu dan bahkan dapat membantu perambahan hutan.Disamping nitu dengan mengadakan pemberian tersebut diharapakan juga para wong samar dan para bhuta kala dapat kembali ke tempatnya semula yang dikenal dengan ka-somyang.

Memendem panca datu yakni material uttama yang ada didalam tanah yakni : emas,perak,tembaga,besi dan batu permata,yang diberikan puja mantra terlebih dahulu oleh sang Rsi.
Dari "memendem panca datu" inilah mulainya umat Dharma Hindu Bali jika mendirikan suatu pelinggih selalu diawali dengan "memendem pedagingan "yang materialnya sama dengan " panca datu " tersebut.

Disertai dengan "memendem Tirtha "
Tempat itu disebut " Bhasuki " yang artinya " swasta rahayu"
maknanya siapa saja yang selalu ngastiti bhakti di hutan lebat di kaki Gunung Agung akan selalu memperoleh kesejahtraan lahir bhatin.
Setelah melaksanakan "pabhaktian " upacara upakara tersebut,semua pengikut Rsi Markandya melaksanakan :
- mejaya-jaya dan ma tirtha pawitra.
- meprani dan ngayab perani.
- masuka-sukan,bergembira dengan menyantap lungsuran 
  dari perani.
Upacara selesai pada hari yang ke tiga.
Pada hari ke empat perambahan hutan mulai dilaksanakan.

Selain Upacara tersebut diatas yang merupakan ajaran Rsi
Markandya yang menjadi dasar Dharma Hindu Bali,adalah
dikenalnya sebutan Brahman,Siwa atau Sanghyang Widhi,
yang sebelumnya dikenal dengan sebutan: Sangyhang Tunggal, Sanghyang Tuduh,Sanghyang Kawi.
Rsi Markandya melaksanakan Surya Sewana,memuja Ida Sanghyang Surya Candra,sedangkan kepada para pengiringnya diharuskan untuk melaksanakan pemujaan tiga kali dalam sehari,( pagi,siang,dan sore ).Inilah merupakan titik awal dari Tri Sandya.
Dengan memendem "Panca Datu " dan "memendem Tirtha "
berarti dimulailah mempergunakan sarana untuk suatu pemujaan yang dilaksanakan dengan mengucapkan weda mantra dan pergerakan tangan ( mudra ).
Sarana itu kemudian disebut wali, bebali atau bebanten.
Dalamkehidupan,umat manusia sangat membutuhkan tumbuh-tumbuhan dan binatang dengan segala hasil turunannya,sebab dari tumbuh-tumbuhan dan bitanglah manusia mendapat sandang pangan. Oleh karena itulah dibuatlah bebali / bebanten,yang maksudnya adalah untuk memelihara tumbuh-tumbuhan dan binatang.
Kemudian timbulah adanya :
- Rerahinan Tumpek Kandang / uye,yang dilaksanakan pada
  setiap hari Saniscara Kliwon wuku uye.
- Rerahinan Tumpek Pengatag,yang dilaksanakan pada 
  setiap hari saniscara keliwon wuku wariga.
Setelah Pura Besakih berdiri,kemudian oleh umat didirikan lagi lima buah pura yang lain yakni :
- Pura Batur.
- Pura Sukawana.
- Pura Batukaru.
- Pura Andakasa, dan
- Pura Lempuyang.
Keenam pura itu merupakan Sad Kahyangan, yang " kesungsung dan kabhaktinin " oleh semua umat Dharma Hindu Bali.
Demikianlah ajaran-ajaran Rsi Markandya,merupakan orang
pertama dari tiga orang peletak dasar Dharma Hindu Bali.
Om Santih,Santih,Santih, Om.




Kamis, 10 April 2014

ARJUNA VISADA YOGA.

Arjuna visada Yoga,
/Arjuna dalam keragu-raguan dan kehilangan harapan.
Judul diatas adalah merupakan judul dari Bab.I Bagavadgita.                      
Bhagavadgita adalah salah satu kitab suci Agama hindu yang disebut Pancamo Veda ( Veda Kelima ) yang memuat sari pati ajaran Veda atau sari pati ajaran Agama Hindu,yang isinya sangat diperlukan masyarakat luas khususnya umat Hindu.
Bhagavadgita salah satu bagian dari Mahabharata.
Bhagavadgita terdiri dari 18 bab.
Bhagavadgita merupakan salah satu tuntunan hidup bagi umat Hindu, disamping Sarasamuscaya yang juga merupakan inti sari dari Mahabharata,gubahan Bhagawan Wararuci.
           
Bab I. ini  terdiri dari 47 sloka,
Yang menggambarkan suatu suasana persiapan perang yang gumuruh dimedan Kuruksetra,antara Pandawa dan Kaurawa dua pihak bersaudara sepupu siap untuk bertempur, kedua belah pihak memiliki pahlawan-pahlawan yang perkasa dan senjata yang hebat.
Arjuna mengadakan inspeksi pasukan balatentaranya bersama-sama krisna,pengemudi keretanya yang juga sebagai Guru spiritualnya.
Arjuna merasa  gemetar,pikirannya kacaubalau dan ngeri membayangkan akan kemusnahan bangsa Barata,
bangsanya dan nenek moyangnya sendiri,membayangkan akan kehancuran materi,moral,dan kehidupan spiritual yang diakibatkan oleh peperangan. Ia merasa duka dan berdosa.
Sikap Arjuna yang melukiskan bagaimana ia mengangkat senjata dan memacu keretanya maju,dan setelah melihat sanak keuarga dan mantan gurunya yaitu Drona berada dipihak lawan(Kaurawa) hatinya jadi bimbang ragu, dan duka nestapa badannya menjadi lemas,sejata terlepas dari tangannya,dan terakhir memilih rela dibunuh dan melemparkan senjatanya.Sikap Arjuna seperti ini dapat diikuti dari sloka-sloka 20,21, 26, - 27, 29 -30 dan 47. Dalam kehidupan manusia di dunia ini keadaan arjuna seperti itu, merupakan gambaran dari keadaan setiap orang dalam hidupnya penuh ketidak pastian/keragu-raguan, hal ini disebabkan oleh sifat yang lemah,kegelapan,ketidaktahuan, dan lain-lain.
Keadaan Arjuna seperti itu juga menggambarkan / mewakili keadaan manusia di dunia ini, yaitu suatu akekat gambaran perjuangan jiwa manusia, yang sedang berada diambang pintu menuju kehidupan spiritual yang lebih tinggi.
Sebelum melangkah menuju dunia spiritual, maka ia harus bertempur dan menundukan terlebih dahulu rasa keakuan,,kedunguan,dan kegelapan bhatinnya, yang memisahkan dia dari jiwanya sendiri, yang merupakan bagian daripada Atman yang Universal. Ini adalah evolusi jiwa manusia yang tidak mengenal ruang dan waktu,yang tiap saat berlangsung dalam dirinya.
I. 1. dhrtarastra uvaca :
                                    dharma-ksetre kuru-ksetre
                                     sama  veta yuyutsavah
                                     mamakah pandavas caiva
                                     kim akurvata sanjaya.
       Dhrtarastra berkata :
 "Apakah yang akan mereka lakukan,pasukanku dan pasukan Pandawa di medan     dharma,kuruksetra, yang siap tempur,wahai Sanjaya?"

Kuruksetra adalah sebuah daerah yang luas,pada jaman dahulu kala menjadi tanah-tumpah-darah suatu bangsa yang disebut Kuru,dengan ibu kotanya Hastinapura.Bangsa Kuru ini adalah nenek moyang Kaurawa dan Pandawa. Sesungguhnya arti perkataan ksetra adalah sebuah medan pertempuran dan  juga tempat suci,tempat pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Karenanya juga disebut Dharma  Ksetra.
Sebenarnya perkataan Kaurawa berarti putra-putra Kuru,sedangkan Padwa berarti putra-putra keturunan Pandu. Kuru adalah nenek moyang Kaurawa maupun Pandawa.Kaurawa adalah anak-anak dhritarastra, Pandawa adalah anak-anak Pandu. Dhritarastra dan Pandu adalah dua orang bersaudara kakak beradik,putra putra Maharaja Wicitrawirya dan cucu-cucu Baginda Maharaja Santanu.

Dhritarastra mempunyai 100 orang anak,yang tersulung adalah Duryodana. Keseratus orang anak ini di sebut Kaurawa. Sedangkan Pandu Mempunyai 5(lima) orang anak Yaitu : Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sahadewa. Mereka inilah yang disebut Pandawa. Dari kelima bersaudara Arjuna merupakan anak yang paling istimewa, dan karenya Arjuna dipangil pula dengan nama atau julukan seperti : Kurunanda ( yang berarti keturunan Bangsa Kuru) Kunti Putra ( anak Dewi Kunti ),Mahabahu( yang bersenjata Perkasa ).
Dalam hidup dan kehidupan ini atau dalam kehidupan sehari hari kita tidak lepas dari Konflik baik konflik didalam diri kita sendiri ( pertentangan pikiran yang dipengaruhi oleh obyek-obyek indria,yang menimbulkan rasa ingin menguasai,ingin memiliki,ingin menikmati,saking kerasnya dorongan rasa itu,kita lupa akan ajaran dharma,atau menghalalkan segala cara untuk bisa mendapatkan obyek - obyek indria itu, hal inilah yang bertentangan dengan hati Nurani, atau dapat disebut Komflik antara Pikiran Dan Nurani ).
Yang mana Pikiran Yang dipengaruhi oleh obyek-obyek indria yang menyebabkan perkataan dan perbuatan menyimpang dari jalan Dharma adalah diwakili Kaurawa.
Sedangkan Nurani diwakili Pandawa. atau sifat-sifat buruk/adharma diwakili oleh Kaurawa, sedangkan sifat baik dan bijak diwakili oleh Pandawa. Itulah sebabnya kuruksetra disebut pula Dharmaksetra yaitu suatu tempat dimana kebenaran dan kebajikan atau dharma yang langgeng itu harus dipertaruhkan sebagai suatu perjuangan mental dan spritual yang suci.

Sanjaya adalah pengemudi kereta kencana Dhritarasta yang buta,dan sebagai menteri penasehat pribadi dhritarasta,dan juga juru bicara serta reporter pandangan mata dari pertempuran-pertempuran dalam peperangan besar Mahabarata. Ia juga selalu hadir dalam peristiwa-peristiwa kenegaraan untuk mendampingi Maharaja Dhritarasta.
I.2. Sanjaya uvaca :
                             drishtva tu pandavanikam
                              vyudham duryodanas tada
                              acharyam upasamgamya
                       raja vachanaum abravit

      Sanjaya menjawab :
Setelah melihat pasukan pandawa
siap bertempur dimedan laga
raja duryodana mendekati gurunya
guru besar Drona seraya berkata

Maharaja dritarastra yang buta juga digambarkan sebagai orang yang buta kebenaran.
Karana tidak bisa melihat,maka ia tidak bisa memerintah sebagai raja.Sebab itu kerajaan diperintah oleh Duryodana selama Panca Pandawa berada dalam pengasingan selama tiga belas tahun,setelah kembali dari pengasingan untuk memenuhi panggilan ketetapan perjanjian yang telah dimufakati.Tetapi Duryodana menolak untuk membagi kerajaan menyerahkan kekuasaannya kepada Pandawa sesuai dengan perjanjian yang telah disefakati, penolakan Duryodana inilah yang menyebabkan peperangan besar Mahabharata.
Dalam Kehidupan di Dunia ini Duryodana dilukiskan sebagai seorang yang berwatak kaku,keras kepala,angkuh dan licik. Tetapi ia juga pandai,murah hati dan pemberani.

I. 3. pasyai tam panduputranam
       acharya maha mahatim chamum
       vyudham drupadaputrena
         tava sishyena dhimata
artinya:
          saksikanlah itu pasukan Pandawa
          betapa kuat pasukan putra-putra pandu
          dipimpin oleh putra maharaja Drupada,
          murid guruku sendiri yang bijaksana.

Gurubesar Drona adalah seorang brahmana,selain menjadi pendeta juga mempunyai keahlian dalam ilmu peperangan dan alat persenjataan berbahgai jenis. Ia adalah guru dari Pandawa dan juga Kaurawa.Selain guru besar drona ada dua orang lagi sebagai guru dalam soal-soal kenegaraan dan spiritual dipihak kaurawa, yaitu Bisma dan Kripa.
Sedangkan dipihak Pandawa hanya ada seorang,yaitu Kresna.
Perkataan acaharya berarti guru yang mengetahui dan faham benar akan arti ajaran-ajaran yang tercantum dalam kitab-kitab suci.Demikianlah Drona,Bisma,dan Kripa disebut pula Acharya.
Putera Maharaja Drupada adalah Dristadiumna. Ia merupakan musuh yang terpandai dalam pertempuran panah memanah melawan bala tentara Kaurawa.Ia adalah bekas murid  Gurubesar Drona . Dristadiumna menjadi penglima tertinggi angkatan perang pendawa,ia juga merupakan ipar Pandawa, sebab adiknya, Drupadi menjadi istri mereka (Pandawa ).

Dalam sloka 4,  yang artinya :

disana pula pahlawan panah jaya
sebanding dengan Bima dan Arjuna
Yuyudana,wirata dan Drupada
semuanya perwira perkasa.

Wirata adalah seorang raja dari negeri Matsia yang pernah memberi perlindungan
kepada Pandawa sewaktu mereka hidup secara incognito dinegeri tersebut selama 
satu tahun. Kemudian ia menjadi sekutu terpercaya dari pandawa.
Yuyudana adalah adalah pahlawan dari bangsa Yadawa yang bertempur dipihak pandawa, ia juga dikenal dengan nama Satiaki.

Selain dari mereka yang disebut namanya diatas,pahlawan-pahlawan perkasa yang berada dipihak Pandawa adalah anatara lain :
Dristaketu Raja dari Negeri Cedi.
Cekitana perwira tinggi dalam bala tentara Pandawa.
Purujit dan Kuntiboja adalah dua bersaudara yang pernah membesarkan Kunti Dewi,
ibu dari Pandawa.
Saibia adalah Raja dari negeri Sibi.

Sloka 6, Yang artinya :

juga Yudamaniu yang kekar
uttamauja yang gagah berani
putra-putra Subadradewi dan Draupadi
semua pahlawan besar.

Yudamaniu dan Uttamauja adalah orang-orang kasatria yang menggabungkan diri dengan Pandawa.Yang dimaksud dengan putera Subadradewi adalah Abimaniu dari
perkawinannya dengan arjuna,sedangkan putra-putra Draupadi adalah lima orang Yaitu : Pratiwindia,Srutasoma,Srutakirti,Santika dan Srutakarma, masing-masing dari
Yudistira, Bima, Arjuna,Nakula dan Sahadewa.