Oswastyastu.
Rsi Markandya adalah keturunan Brahmana Bregu yang berasal dari jagat Bharatawarsa atau India.
Rsi Markandya adalah keturunan Brahmana Bregu yang berasal dari jagat Bharatawarsa atau India.
Di Bukit Damalung yang terletak di Daerah Gunung Raung,Rsi Markandya,selalu melaksanakan tapa,brata,yoga dan samadhi,dengan tujuan agar jagat raya ini sejahtra,aman,damai,tidak kekurangan pangan kinum dan tidak adanya kesengsaraan.
Dari pelaksanaan tapa,berata,yoga dan semadhi yang dilaksanakan dengan tekun serta bhatin yang suci bersih, Rsi Markandya mendapat wahyu, bahwa untuk mewujudkan keinginannya itu ia harus bepergian ke arah timur.
Dalam perjalanan menuju arah timur yang diikuti oleh rombongan yang berjumlah 8.00 orang melewati sungai,hutan belantara yang lebat, gunung lebah, tibalah mereka di kaki Gunung Agung.
Di tempat ini Rsi Markandya menyuruh pengiukutnya untuk membuat pondok serta memulai merambah hutan., dan usaha perambaan ini gagal, karena tempat itu sangat angker, dihuni oleh banyak " wong samar "yang menguiasai daerah itu dan selam 7 bulan hujan tidak henti-hentinya,sehingga tempat itu menjadi gelap disertai sering terjadi halilintar.
Banyak pengikut Rsi Markandya yang meninggal karena sakit dan dimakan binatang buas atau ular yang berbisa, sehingga pengikutnya yang berjumlah 800 orang hanya tinggal 200 orang.Hal ini menyebabkan Rsi Markandya menjadi sedih dan merasa berdosa,karena pada waktu merambah hutan tidak memohon ijin kepada Betara Putra Jaya yang berstana di Giri Tohlangkir serta kepada para wong samar penghuni hutan belantara tersebut.Oleh sebabitu Beliau bermaksud untuk mohon ampun kehadapan Ida Bhatara di Gunung Agung sera kepada para " wong samar" dan bermaksud untuk mengulangi lagi usahanya.
Setelah gagal Rsi Markandya kembali ke pertapaannya di Bukit Damalung ( sekarang Pura Batu Gantung,diatasnya ada gua yang dinamakan gua macan) di daerah Gunung Rawung, di gua macan inilah Rsi Markandya melanjutkan kembali tapa,berata,yoga dan samadhinya, dan sambil mengumpulkan pengikutnya untuk melaksanakan perjalanan
yang kedua. Ada sebanyak 400 orang yang siap untuk mengikuti perjalan Rsi Markandya yang ke dua ini.
Diantara pengikutnya itu ada wong Aga ( orang dari gunung)
Mereka masing-masing telah menjadi penganut sekta-sekta
agama Weda seperti sekta Shambu,Brahma,Indra,Kala,Bayu
dan Wisnu.Walaupun berbeda sekta,tetapi isi tattwanya sama,hanya berbeda saat pelaksanaan tata upacaranya saja. Mereka semua tetap memuja Sanghyang Tunggal.
Setah siap, perjalanan yang kedua kainya segera dilaksanakan. Setibanya rombongan di hutan belantara yang lebat,di kaki Gunung Agung,oleh Rsi Markandya dipilih dewasa ayu yakni hari,wuku,tanggal/panglong,sasih dan dauh yang baik untuk memulai tapa,berata,yoga dan samadhinya,dengan diikuti pelaksanaan upacara yakni :
Dewa Yadnya, "ngastiti bhakti " kehadapan Ida Bhatara Siwaraditya,Ida Bhatara Giri Jagatnatha,Ida Sanghyang Tunggal dan Ida Bhatara Putra Jaya yang berstana di puncak Gunung Agung,mohon ijin dan waranugrahaNya.
Pitra Yadnya,dengan niwakin atau memercikan "Tirta Pengentas " agar para atma orang yang telah meninggal dapat ke swah loka serta tidak mengganggu npelaksanaan
perambahaan hutan.
Bhuta yadnya,dengan memberikan caru kepada para wong samar serta para bhuta kala,dengan harapan agar mereka senang memakan dan meminumnya,tidak mengganggu dan bahkan dapat membantu perambahan hutan.Disamping nitu dengan mengadakan pemberian tersebut diharapakan juga para wong samar dan para bhuta kala dapat kembali ke tempatnya semula yang dikenal dengan ka-somyang.
Memendem panca datu yakni material uttama yang ada didalam tanah yakni : emas,perak,tembaga,besi dan batu permata,yang diberikan puja mantra terlebih dahulu oleh sang Rsi.
Dari "memendem panca datu" inilah mulainya umat Dharma Hindu Bali jika mendirikan suatu pelinggih selalu diawali dengan "memendem pedagingan "yang materialnya sama dengan " panca datu " tersebut.
Disertai dengan "memendem Tirtha "
Tempat itu disebut " Bhasuki " yang artinya " swasta rahayu"
maknanya siapa saja yang selalu ngastiti bhakti di hutan lebat di kaki Gunung Agung akan selalu memperoleh kesejahtraan lahir bhatin.
Setelah melaksanakan "pabhaktian " upacara upakara tersebut,semua pengikut Rsi Markandya melaksanakan :
- mejaya-jaya dan ma tirtha pawitra.
- meprani dan ngayab perani.
- masuka-sukan,bergembira dengan menyantap lungsuran
dari perani.
Upacara selesai pada hari yang ke tiga.
Pada hari ke empat perambahan hutan mulai dilaksanakan.
Selain Upacara tersebut diatas yang merupakan ajaran Rsi
Markandya yang menjadi dasar Dharma Hindu Bali,adalah
dikenalnya sebutan Brahman,Siwa atau Sanghyang Widhi,
yang sebelumnya dikenal dengan sebutan: Sangyhang Tunggal, Sanghyang Tuduh,Sanghyang Kawi.
Rsi Markandya melaksanakan Surya Sewana,memuja Ida Sanghyang Surya Candra,sedangkan kepada para pengiringnya diharuskan untuk melaksanakan pemujaan tiga kali dalam sehari,( pagi,siang,dan sore ).Inilah merupakan titik awal dari Tri Sandya.
Dengan memendem "Panca Datu " dan "memendem Tirtha "
berarti dimulailah mempergunakan sarana untuk suatu pemujaan yang dilaksanakan dengan mengucapkan weda mantra dan pergerakan tangan ( mudra ).
Sarana itu kemudian disebut wali, bebali atau bebanten.
Dalamkehidupan,umat manusia sangat membutuhkan tumbuh-tumbuhan dan binatang dengan segala hasil turunannya,sebab dari tumbuh-tumbuhan dan bitanglah manusia mendapat sandang pangan. Oleh karena itulah dibuatlah bebali / bebanten,yang maksudnya adalah untuk memelihara tumbuh-tumbuhan dan binatang.
Kemudian timbulah adanya :
- Rerahinan Tumpek Kandang / uye,yang dilaksanakan pada
setiap hari Saniscara Kliwon wuku uye.
- Rerahinan Tumpek Pengatag,yang dilaksanakan pada
setiap hari saniscara keliwon wuku wariga.
Setelah Pura Besakih berdiri,kemudian oleh umat didirikan lagi lima buah pura yang lain yakni :
- Pura Batur.
- Pura Sukawana.
- Pura Batukaru.
- Pura Andakasa, dan
- Pura Lempuyang.
Keenam pura itu merupakan Sad Kahyangan, yang " kesungsung dan kabhaktinin " oleh semua umat Dharma Hindu Bali.
Demikianlah ajaran-ajaran Rsi Markandya,merupakan orang
pertama dari tiga orang peletak dasar Dharma Hindu Bali.
Om Santih,Santih,Santih, Om.
yang kedua. Ada sebanyak 400 orang yang siap untuk mengikuti perjalan Rsi Markandya yang ke dua ini.
Diantara pengikutnya itu ada wong Aga ( orang dari gunung)
Mereka masing-masing telah menjadi penganut sekta-sekta
agama Weda seperti sekta Shambu,Brahma,Indra,Kala,Bayu
dan Wisnu.Walaupun berbeda sekta,tetapi isi tattwanya sama,hanya berbeda saat pelaksanaan tata upacaranya saja. Mereka semua tetap memuja Sanghyang Tunggal.
Setah siap, perjalanan yang kedua kainya segera dilaksanakan. Setibanya rombongan di hutan belantara yang lebat,di kaki Gunung Agung,oleh Rsi Markandya dipilih dewasa ayu yakni hari,wuku,tanggal/panglong,sasih dan dauh yang baik untuk memulai tapa,berata,yoga dan samadhinya,dengan diikuti pelaksanaan upacara yakni :
Dewa Yadnya, "ngastiti bhakti " kehadapan Ida Bhatara Siwaraditya,Ida Bhatara Giri Jagatnatha,Ida Sanghyang Tunggal dan Ida Bhatara Putra Jaya yang berstana di puncak Gunung Agung,mohon ijin dan waranugrahaNya.
Pitra Yadnya,dengan niwakin atau memercikan "Tirta Pengentas " agar para atma orang yang telah meninggal dapat ke swah loka serta tidak mengganggu npelaksanaan
perambahaan hutan.
Bhuta yadnya,dengan memberikan caru kepada para wong samar serta para bhuta kala,dengan harapan agar mereka senang memakan dan meminumnya,tidak mengganggu dan bahkan dapat membantu perambahan hutan.Disamping nitu dengan mengadakan pemberian tersebut diharapakan juga para wong samar dan para bhuta kala dapat kembali ke tempatnya semula yang dikenal dengan ka-somyang.
Memendem panca datu yakni material uttama yang ada didalam tanah yakni : emas,perak,tembaga,besi dan batu permata,yang diberikan puja mantra terlebih dahulu oleh sang Rsi.
Dari "memendem panca datu" inilah mulainya umat Dharma Hindu Bali jika mendirikan suatu pelinggih selalu diawali dengan "memendem pedagingan "yang materialnya sama dengan " panca datu " tersebut.
Disertai dengan "memendem Tirtha "
Tempat itu disebut " Bhasuki " yang artinya " swasta rahayu"
maknanya siapa saja yang selalu ngastiti bhakti di hutan lebat di kaki Gunung Agung akan selalu memperoleh kesejahtraan lahir bhatin.
Setelah melaksanakan "pabhaktian " upacara upakara tersebut,semua pengikut Rsi Markandya melaksanakan :
- mejaya-jaya dan ma tirtha pawitra.
- meprani dan ngayab perani.
- masuka-sukan,bergembira dengan menyantap lungsuran
dari perani.
Upacara selesai pada hari yang ke tiga.
Pada hari ke empat perambahan hutan mulai dilaksanakan.
Selain Upacara tersebut diatas yang merupakan ajaran Rsi
Markandya yang menjadi dasar Dharma Hindu Bali,adalah
dikenalnya sebutan Brahman,Siwa atau Sanghyang Widhi,
yang sebelumnya dikenal dengan sebutan: Sangyhang Tunggal, Sanghyang Tuduh,Sanghyang Kawi.
Rsi Markandya melaksanakan Surya Sewana,memuja Ida Sanghyang Surya Candra,sedangkan kepada para pengiringnya diharuskan untuk melaksanakan pemujaan tiga kali dalam sehari,( pagi,siang,dan sore ).Inilah merupakan titik awal dari Tri Sandya.
Dengan memendem "Panca Datu " dan "memendem Tirtha "
berarti dimulailah mempergunakan sarana untuk suatu pemujaan yang dilaksanakan dengan mengucapkan weda mantra dan pergerakan tangan ( mudra ).
Sarana itu kemudian disebut wali, bebali atau bebanten.
Dalamkehidupan,umat manusia sangat membutuhkan tumbuh-tumbuhan dan binatang dengan segala hasil turunannya,sebab dari tumbuh-tumbuhan dan bitanglah manusia mendapat sandang pangan. Oleh karena itulah dibuatlah bebali / bebanten,yang maksudnya adalah untuk memelihara tumbuh-tumbuhan dan binatang.
Kemudian timbulah adanya :
- Rerahinan Tumpek Kandang / uye,yang dilaksanakan pada
setiap hari Saniscara Kliwon wuku uye.
- Rerahinan Tumpek Pengatag,yang dilaksanakan pada
setiap hari saniscara keliwon wuku wariga.
Setelah Pura Besakih berdiri,kemudian oleh umat didirikan lagi lima buah pura yang lain yakni :
- Pura Batur.
- Pura Sukawana.
- Pura Batukaru.
- Pura Andakasa, dan
- Pura Lempuyang.
Keenam pura itu merupakan Sad Kahyangan, yang " kesungsung dan kabhaktinin " oleh semua umat Dharma Hindu Bali.
Demikianlah ajaran-ajaran Rsi Markandya,merupakan orang
pertama dari tiga orang peletak dasar Dharma Hindu Bali.
Om Santih,Santih,Santih, Om.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar