Jumat, 23 Mei 2014

Hari Raya Suci Kuningan

 Hari Raya Suci Kuningan.

Seperti telah diketahui bahwa hari Kuningan jatuh pada hari Sabtu Keliwon uku Kuningan yaitu sepuluh hari setelah Galungan. Dalam lontar Sunarigama disebutkan bahwa pada hari itu para Dewa serta Pitara (Leluhur) melakukan penyucian serta menikmati persembahan (amukti banten), kemu­dian kembali ke Kahyangan dengan memberkahi kesejahteraan dan kedamaian (kedhirgayusaan) Banten/sesajen yang bersifat khusus adalah Endongan, tebog dan selanggi berisi nasi kuning, lauk-pauk serta wayang-wayangan.
Perlengkapan lainnya adalah ’’tamiang” serta ”ko lem” yang digantungkan pada bangunan-bangunan baik tempat tinggal maupun tempat pemujaan. Dalam sumber lain yaitu Purwa Bhumi Kemulan/ Purwa Bhumi Tuwa, dijumpai bahwa salah satu sarana yang menyucikan Dewi Durga serta para Bhuta-kala lainnya sehingga kembali pada wujud semula sebagai Dewi Uma serta Widiadara-widiadari, adalah  bija-kuning.
Oleh karena itu penggunaan nasi-kuning pada hari Kuningan mempunyai persamaan dengan bija-kuning yaitu sebagai penyucian, hanya saja dalam bentuk nasi berfungsi sebagai persem­bahan dan yang menerima menjadi tersucikan, sedangkan dalam bentuk b i j a berfungsi sebagai anugerah yang suci, sebagaimana halnya Tirtha. Penggunaan ”t e b o g” sebagai alas, mempunyai persamaan dengan ”kulit sesayut”, yaitu ditengah- tengahnya terdapat ’’isehan” yang mempunyai arti simbolis perputaran atau peningkatan. Sedang- kan penggunaan ’’wayang-wayangan” yang ditan­capkan pada tebog/nasi adalah sebagai simbol atau bayangan para Dewa serta Leluhur yang telah ber­kenan menerima, menikmati persembahan tersebut. Demikian pula penggunaan ”selanggi”, kiranya mendekati bentuk, tebog, walaupun tengah-te­ngahnya tidak berbentuk isehan melainkan berben- tuk kerucut/gunung.
Selain dari pada itu dipersembahkan pula ”endong- an” yang dianggap sebagai b e k a 1 para Dewa serta
Leluhur untuk kembali ke Kahyangan, sehingga akan diusahakan mengisi nasi/tumpeng, lauk-pauk, jajan serta buah-buahan selengkap-lengkapnya wa­laupun serba sedikit; Demikian pula bentuknya men­dekati ’’kompek” lengkap dengan penjinjingnya. Selanjutnya pemasangan ”tamiang” serta ’’kolem” yang disebut ”s a w e n” adalah merupakan simbul perisai untuk melindungi: tempat-tempat tersebut agar tidak diganggu dimasuki, ditempati para Bhuta- kala/unsur-unsur serta kekuatan-kekuatan yang menimbulkan kekacauan: Dengan demikian diha­rapkan kesejahteraan, kedamaian (d h a r m a) tetap dapat ditegakkan.
Sebagaimana pada hari Galungan maka hendaknya upacara dilakukan sebelum matahari condong ke Barat/tengah-tepet.
Upakara-upakara yang dipergunakan.
Telah dikemukakan bahwa sesajen-sesajen yang bersifat khusus pada hari Kuningan adalah Tebog, selanggi dan endongan, sedangkan tamiang serta kolem adalah sebagai ’’sawen”.
Sesungguhnya yang disebut. Tebog, selanggi serta endongan adalah sejenis jejahitan yang dibuat dari janur atau daun enau dan tidak hanya dipergunakan pada hari Kuningan saja tetapi dipakai pula pada upacara-upacara Dewa-Yadnya lainnya, Upacara Pitra-Yadnya dan Manusa Yadnya, hanya saja jum- lahnya serta isi/perlengkapannya berbeda-beda.
Khusus-pada hari Kuningan yang dimaksud dengan:

T e b o g, adalah sejenis- sesajen yang terdiri dari s a t u (1) buah jejahitan tebog, berisi nasi kuning disusuni kacang-kacang, sesaur, telur-dadar, ikan laut/teri, serta gegorengan lainnya, pelas (bumbu yang dihaluskan dijepit dengan ja­nur secara khusus) lalab, garam, sambel (dialasi dengan tangkih kecil), tipat nasi satu buah dan wayang-wayangan dibuat dari kates muda atau lainnya yang bisa dimakan serta diukir. Tebog ini dialasi dengan sebuah taledan berisi tebu, beijenis-jenis jajan, buah-buahan, serta lauk- pauk yang dimasak agak basah/dibungkus, misal- nya gerang-asem, nyat-nyat, timbungan, pesan- lawar, pesan-isi, pesan-ikan, brengkas, turn dan lain-lainnya, masing-masing dialasi dengan ceper/ tangkih/piring khusus untuk upacara.
Adakalanya tipat nasi ditaruh pada taledan ini, tidak pada tebog.
Diatas jajan serta buah-buahan disusuni sebuah sampian kepet-kepetan (berbentuk tangkih), pe- ngeresikan dan canang burat-wangi/yang lain; Ada pula yang melengkapi dengan canang-penge raos/pesucian seperti pada pajegan. (upakara Galungan b.4).

b. Selanggi, adalah sejenis sesajen yang terdiri dari dua (2) buah jejahitan selanggi; Satu diantaranya berisi nasi putih, sedangkan yang lain berisi nasi kuning dan masing-masing disusuni kacang-ka- cang, sesaur, telur dadar, ikan laut/teri, gego­rengan lainnya, lalab, pelas, sambel dan garam. Kedua selanggi ini dialasi dengan sebuah taledan berisi perlengkapan seperti pada tebog hanya saja lauk-pauknya dijadikan satu tangkih, tidak me­makai pengeresikan/pesucian, tipat nasi, dan wayang-wayangan.
Ada dua jenis selanggi yaitu:

a.                Dibuat dari janur dengan hiasan daun enau yang tua (r o n) atau sebaliknya dibaut dari r o n dengan hiasan janur.
Umumnya selanggi ini dipergunakan pada pe- linggih-pelinggih, diatas tempat tidur dan yang setingkat.

b.                Dibuat dari daun nangka, bentuknya lebih ke- cil demikian pula perlengkapnnya lebih sedikit dan dipergunakan untuk binatang, menyertai segehan dan yang setingkat.
Sebagai alasnya dipakai sebuah ceper.

.c.  E n d o n g a n, adalah sejenis jejahitan berben- tuk kompek/tas, berisi jejahitan serta anyam- anyaman yang disebut: jan-sesapi tulang-lindung, lilit-linting serta lawat buah lawatnyuh.
Selain dari pada itu, khusus pada hari kuningan diisi pula: tumpeng kecil satu buah (dibuat dari nasi putih), rerasmen dialasi dengan kojong/tang- kih, tebu, beijenis-jenis jajan, buah-buahan dan sebuah sampiang pusung (sampian peras kecil).

Penggunaannya.:

1. Pada pelinggih-pelinggih yang utama seperti: Padmasana, Kemulan, Ibu, Taksu, Penunggun- karang, Sanggah pada Penjor dan yang setingkat, menghaturkan: Tebog, selanggi canang- meraka (upakara pada Galungan a. 2), dan endongan; (Endongan digantungkan didepan pelinggih/diatas caniga).

2. Di Pemaruman/pesambiyangan menghaturkan seperti diatas dilengkapi dengan gebogan, beserta runtutannya sesuai dengan keadaan, misalnya seperti pada Galungan.

3. Untuk di kamar-kamar (diatas tempat tidur) tempat memasak, tempat mengambil air, tem­pat menumbuk bumbu, menumbuk padi (le- sung) serta s a p u, tempat menyimpan padi, beras, saluran-air (song sombah), dihalaman merajan, halaman rumah, didepan rumah, kepada binatang (gumatap-gumitip (sarwa prani) dan lain-lain yang dianggap perlu menghaturkan: selanggi dan canang-meraka (Je- nis selanggi disesuaikan, ada yang dibuat dari janur/ron ada yang dibuat dari daun nangka).

4. Kehadapan para Leluhur menghaturkan: se­perti pada di pemaruman/di pesambiyangaru Upakara ini ditempatkan di salah satu ka­mar atau disalah satu bangunan khusus di merajan.

5.Untuk anggota keluarga diuasahakan natab: Tebog, sesayut prayascita, penyeneng dan lain-lain runtutannya. Upakara-upakara ini terlebih dahulu dihaturkan kehadapan Sang dumadi kemudian dilebar
( dimakan ) bersama sama.

Demikian pelaksanaan Hari Raya Suci Kuningan semoga dapat diterapkan sesuai petunjuk,dan desa kala
patra. Om santih , santih, santih. Om.
*
­


/





Tidak ada komentar:

Posting Komentar