Seperti telah diketahui bahwa hari Kuningan jatuh pada hari Sabtu Keliwon
uku Kuningan yaitu sepuluh hari setelah Galungan. Dalam lontar Sunarigama
disebutkan bahwa pada hari itu para Dewa serta Pitara (Leluhur) melakukan penyucian
serta menikmati persembahan (amukti banten), kemudian kembali ke Kahyangan
dengan memberkahi kesejahteraan dan kedamaian (kedhirgayusaan) Banten/sesajen yang
bersifat khusus adalah Endongan, tebog dan selanggi berisi nasi kuning,
lauk-pauk serta wayang-wayangan.
Perlengkapan lainnya adalah ’’tamiang” serta ”ko lem” yang digantungkan
pada bangunan-bangunan baik tempat tinggal maupun tempat pemujaan. Dalam sumber
lain yaitu Purwa Bhumi Kemulan/ Purwa Bhumi Tuwa, dijumpai bahwa salah satu
sarana yang menyucikan Dewi Durga serta para Bhuta-kala lainnya sehingga
kembali pada wujud semula sebagai Dewi Uma
serta Widiadara-widiadari, adalah bija-kuning.
Oleh karena itu penggunaan nasi-kuning pada
hari Kuningan mempunyai persamaan dengan bija-kuning
yaitu sebagai penyucian, hanya saja dalam bentuk nasi berfungsi sebagai persembahan dan yang menerima menjadi
tersucikan, sedangkan dalam bentuk b i j a berfungsi sebagai anugerah yang
suci, sebagaimana halnya Tirtha. Penggunaan ”t e b o g” sebagai alas, mempunyai
persamaan dengan ”kulit sesayut”, yaitu ditengah- tengahnya terdapat ’’isehan”
yang mempunyai arti simbolis perputaran atau peningkatan. Sedang- kan
penggunaan ’’wayang-wayangan” yang ditancapkan pada tebog/nasi adalah sebagai
simbol atau bayangan para Dewa serta Leluhur yang telah berkenan menerima,
menikmati persembahan tersebut. Demikian pula penggunaan ”selanggi”, kiranya
mendekati bentuk, tebog, walaupun tengah-tengahnya tidak berbentuk isehan
melainkan berben- tuk kerucut/gunung.
Selain dari pada itu dipersembahkan pula ”endong- an” yang dianggap sebagai
b e k a 1 para Dewa serta
Leluhur untuk kembali ke Kahyangan, sehingga akan
diusahakan mengisi nasi/tumpeng, lauk-pauk, jajan serta buah-buahan
selengkap-lengkapnya walaupun serba sedikit; Demikian pula bentuknya mendekati
’’kompek” lengkap dengan penjinjingnya. Selanjutnya pemasangan ”tamiang” serta
’’kolem” yang disebut ”s a w e n” adalah merupakan simbul perisai untuk
melindungi: tempat-tempat tersebut agar tidak diganggu dimasuki, ditempati para
Bhuta- kala/unsur-unsur serta kekuatan-kekuatan yang menimbulkan kekacauan:
Dengan demikian diharapkan kesejahteraan, kedamaian (d h a r m a) tetap dapat
ditegakkan.
Sebagaimana pada hari Galungan maka hendaknya upacara dilakukan sebelum
matahari condong ke Barat/tengah-tepet.
Upakara-upakara yang dipergunakan.
Telah dikemukakan bahwa sesajen-sesajen yang bersifat khusus pada hari
Kuningan adalah Tebog, selanggi dan endongan, sedangkan tamiang serta kolem
adalah sebagai ’’sawen”.
Sesungguhnya yang disebut. Tebog, selanggi serta endongan adalah sejenis
jejahitan yang dibuat dari janur atau daun enau dan tidak hanya dipergunakan
pada hari Kuningan saja tetapi dipakai pula pada upacara-upacara Dewa-Yadnya
lainnya, Upacara Pitra-Yadnya dan Manusa Yadnya, hanya saja jum- lahnya serta
isi/perlengkapannya berbeda-beda.
Khusus-pada hari Kuningan yang
dimaksud dengan:
T e b o g, adalah sejenis- sesajen yang terdiri dari s
a t u (1) buah jejahitan tebog, berisi nasi kuning disusuni kacang-kacang,
sesaur, telur-dadar, ikan laut/teri, serta gegorengan lainnya, pelas (bumbu
yang dihaluskan dijepit dengan janur secara khusus) lalab, garam, sambel
(dialasi dengan tangkih kecil), tipat nasi satu buah dan wayang-wayangan dibuat
dari kates muda atau lainnya yang bisa dimakan serta diukir. Tebog ini dialasi
dengan sebuah taledan berisi tebu, beijenis-jenis jajan, buah-buahan, serta
lauk- pauk yang dimasak agak basah/dibungkus, misal- nya gerang-asem,
nyat-nyat, timbungan, pesan- lawar, pesan-isi, pesan-ikan, brengkas, turn
dan lain-lainnya, masing-masing dialasi dengan ceper/ tangkih/piring khusus
untuk upacara.
Adakalanya tipat nasi ditaruh pada taledan ini, tidak pada tebog.
Diatas jajan serta buah-buahan disusuni sebuah sampian kepet-kepetan
(berbentuk tangkih), pe- ngeresikan dan canang burat-wangi/yang lain;
Ada pula yang melengkapi dengan canang-penge raos/pesucian seperti pada
pajegan. (upakara Galungan b.4).
b. Selanggi, adalah sejenis sesajen yang terdiri dari
dua (2) buah jejahitan selanggi; Satu diantaranya berisi nasi putih, sedangkan
yang lain berisi nasi kuning dan
masing-masing disusuni kacang-ka- cang, sesaur, telur dadar, ikan laut/teri,
gegorengan lainnya, lalab, pelas, sambel dan garam. Kedua selanggi ini dialasi
dengan sebuah taledan berisi perlengkapan seperti pada tebog
hanya saja lauk-pauknya dijadikan satu tangkih, tidak memakai
pengeresikan/pesucian, tipat nasi, dan wayang-wayangan.
Ada dua jenis selanggi yaitu:
a.
Dibuat dari janur dengan hiasan daun enau yang tua (r o n) atau sebaliknya
dibaut dari r o n dengan hiasan janur.
Umumnya selanggi ini dipergunakan pada pe- linggih-pelinggih, diatas tempat
tidur dan yang setingkat.
b.
Dibuat dari daun nangka, bentuknya lebih ke- cil demikian pula
perlengkapnnya lebih sedikit dan dipergunakan untuk binatang, menyertai segehan
dan yang setingkat.
Sebagai alasnya dipakai sebuah ceper.
.c. E n d o n g a n, adalah sejenis
jejahitan berben- tuk kompek/tas, berisi jejahitan serta anyam- anyaman yang
disebut: jan-sesapi tulang-lindung, lilit-linting serta lawat buah lawatnyuh.
Selain dari pada itu, khusus pada hari kuningan diisi pula: tumpeng kecil
satu buah (dibuat dari nasi putih), rerasmen dialasi dengan kojong/tang- kih,
tebu, beijenis-jenis jajan, buah-buahan dan sebuah sampiang pusung (sampian
peras kecil).
Penggunaannya.:
1. Pada pelinggih-pelinggih yang utama seperti:
Padmasana, Kemulan, Ibu, Taksu, Penunggun- karang, Sanggah pada Penjor dan yang
setingkat, menghaturkan: Tebog, selanggi canang- meraka (upakara pada Galungan a.
2), dan endongan; (Endongan digantungkan didepan pelinggih/diatas caniga).
2. Di Pemaruman/pesambiyangan menghaturkan seperti diatas dilengkapi dengan
gebogan, beserta runtutannya sesuai dengan keadaan, misalnya seperti pada
Galungan.
3. Untuk di kamar-kamar (diatas tempat tidur) tempat memasak, tempat
mengambil air, tempat menumbuk bumbu, menumbuk padi (le- sung) serta s a p u,
tempat menyimpan padi, beras, saluran-air (song sombah), dihalaman merajan,
halaman rumah, didepan rumah, kepada binatang (gumatap-gumitip (sarwa prani)
dan lain-lain yang dianggap perlu menghaturkan: selanggi dan canang-meraka (Je-
nis selanggi disesuaikan, ada yang dibuat dari janur/ron ada yang dibuat dari
daun nangka).
4. Kehadapan para Leluhur menghaturkan: seperti pada di pemaruman/di
pesambiyangaru Upakara ini ditempatkan di salah satu kamar atau disalah satu
bangunan khusus di merajan.
5.Untuk anggota keluarga diuasahakan natab: Tebog, sesayut prayascita,
penyeneng dan lain-lain runtutannya. Upakara-upakara ini terlebih dahulu
dihaturkan kehadapan Sang dumadi kemudian dilebar
( dimakan ) bersama sama.
Demikian pelaksanaan Hari Raya Suci Kuningan semoga dapat diterapkan sesuai petunjuk,dan desa kala
patra. Om santih , santih, santih. Om.
*
/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar